Friday 8 July 2016

Choosing?

Rangkaian kalimat ini aku mulai pada saat jarum dari sebuah benda bundar yang menghiasi dinding putih menunjukkan angka 11 ditemani dengan penerangan buatan karena matahari sudah enggan untuk menunjukkan dirinya kepada orang orang-orang. Harus mulai dari mana ya? Hmppppp.... begini saja, aku ceritakan tentang apa yang akan aku tulis malam ini. Aku dapat sebuah buku dari seseorang. Seseorang yang tentunya baik karena bersedia memberikan sebuah buku yang sudah dibumbui dengan tanda tangan asli si penulis. Terimakasih untukmu.

Buku ini punya dua judul, yang satunya ‘PERCAYA CINTA’ dan yang satunya lagi adalah antonimnya, yaitu ‘TAK PERCAYA CINTA’. Entah kenapa aku secara spontan menyebutkan judul percaya cInta terlebih dahulu dibanding tak percaya cinta.
Buat kakak penulis buku –Alldo Felix Januardy & Muthia Zahra Feriani-, terimakasih sudah meluangkan waktu menuntun pena kakak menari-nari di atas lembaran kertas yang awalnya kosong sehingga memberikan inspirasi untuk si pembaca dan terimakasih juga sudah mengoreskan tinta pena kakak untuk menuliskan nama seseorang tersebut di lembaran awal buku ini. Aku berharap suatu saat nanti kakak bisa membaca tulisan singkat dan sederhana ini. Semoga.

Sama seperti judul pertama yang aku sebutkan sebelumnya, secara spontan aku membuka lembaran demi lembaran dari judul tersebut ‘PERCAYA CINTA’. Di awal membaca buku ini aku terbuai dengan kata kata manis dari dari setiap kalimat buku ini. Aku merasa pernah jadi bagian cerita dari buku ini. Kamu juga pasti merasakan hal yang sama jika membaca bagian ini. Aku dibawa kembali ke masa-masa dimana aku pernah merasa dikasihi dan mengasihi (aku pilih kata kasih dibanding cinta, karena yang aku tau, kasih itu lebih indah dari hanya sekedar cinta). Tidak disengaja ingatan itu membuat bibirku tersenyum. Tetapi setelah membaca lembar-lembar berikutnya, ini terlalu manis, ini terlalu membosankan, dan klise. Ada perasaan untuk berhenti membaca bagian ini dan membuka lembaran awal di bagian lain. Tetapi aku urungkan niat ini dan melanjutkan membca meskipun dengan sedikit tidak bersemangat karena ini terlalu MANIS dan KLISE. Ya, begitulah yang kurasakan hingga sampai pada epilog bagian ini.

Aku beralih ke bagian lain buku ini, yaitu TAK PERCAYA CINTA. Aku membaca lembaran demi lembaran, dan kamu tau apa yang aku pikirkan, ini terlalu PAHIT dan karakter dalam bagian ini selalu membohongi dirinya sendiri. Kamu tau tidak, karakter dalam buku ini memang sangat tidak percaya sama yang namanya cinta, tapi dia gak sadar kalau sebelum dia bilang di tidak percaya cinta, dia sudah lebih dahulu melalui fase yang namanya percaya cinta. Itu yang membuatku merasa bahwa karakter ini membohongi dirinya sendiri –tanpa sadar- Hal ini membuatku tidak terlalu bersemangat untuk melanjutkan cerita ini. Hingga sampai pada epilog, aku tiba tiba menemukan sesuatu.

Ya, epilog yang ada pada bagian TAK PERCAYA CINTA menceritakan perasaan dari orang yang berbeda dari yang ada pada epilog PERCAYA CINTA, tapi mereka memiliki sebuah hubungan yang istimewa, yaitu pernah mengasihi dan dikasihi. Pada saat membaca ulang epilog kedua bagian buku ini, aku merasa ini bagian yang lengkap. Berbeda dengan membaca satu per satu bagian dari buku ini, terasa ada yang kurang, bosan, klise, terlalu pahit, terlalu manis. Kedua bagian ini –percaya dan tidak percaya cinta- adalah bagian yang saling melengkapi. Awalnya kamu tidak percaya dengan cinta tetapi Tuhan sudah menyiapkan seseorang yang mengasihimu apa adanya dan akhirnya kamu akan percaya dengan adanya cinta. Awalnya kamu percaya dengan cinta, namun saat kemu merasa kecewa dan disakiti, kamu akan memutuskan pemikiran untuk tidak percaya lagi dengan cinta, tapi suatu saat nanti kamu akan memutuskan kembali untuk percaya dengan cinta. Tuhan menciptakan kita manusia dengan cinta dan itu adalah awalnya kita percaya dengan adanya cinta. Cinta yang tulus dari pencipta dengan ciptaanNya, begitu juga dengan sesama kita. Percaya cinta dan tidak percaya cinta adalah bagian yang tak bisa dipisahkan. Jika salah satu saja yang kita alami, bagian dari hidup kita seperti ada yang hilang dan membosankan, perasaan yang sama saat aku membaca masing-masing bagian buku ini. Buku ini memiliki dua sisi tetapi uniknya dikemas dalam satu buku. Sisi yang satunya adalah percaya cinta dan sisi satunya lagi tidak percaya cinta. Ini benar benar unik, kakak penulis pengen ngasih tau ke kita bahwa dua bagian ini adalah satu, saling melengkapi. Aku ambil perumpamaan aja deh. Sinar matahari bila bertemu dengan titik air hujan akan memunculkan sebuah pelangi yang indah dan seperti kumpulan keping-keping puzzle yang saat disusun tetapi ada bagian yang hilang, kita tidak tau apa yang ingin disampaikan puzzle itu kepada kita saat dia tersusun utuh. Aku memilih dua duanya. Yaa, pada akhirnya aku memilih untuk percaya cinta dan tidak percaya cinta.
Bagaimana dengan kamu? Iya, kamu :)


Terimakasih untuk kak Alldo dan kak Muthia, dan juga untuk seseorang yang memberikan buku ini.