Sunday 27 May 2018

Sedikit Harap

Aku bermimpi, kurasa terlalu membekas
Objek dalam mimpi itu bukan pemeran penting di panggungku
Hanya singgah, sebentar
Apa karena dia singgah disaat gentingku?
Entahlah, aku gak paham
Tapi disaat otakku sadar bahwa itu hanya mimpi
Rasa kesal muncul, kenapa hanya mimpi?
Ada sedikit harap, dia bermimpi hal yang sama


Wednesday 23 May 2018

Partikel Kehidupanku

  • Detik, pemberi kesempatan pada penikmat
    Detik, pemberi cerita pada penulis
    Detik, pemberi kebebasan pada terpasung
    Detik, pemberi cinta pada penanti
    Detik, pemberi ketegaran pada pejuang
    Detik, pemberi intuisi pada pemilik tanya
    Detik, pemberi warna pada ekspresi
    Detik, pemberi percaya pada ciptaan
    Partikel-partikel penyusun sebuah kehidupan
    Aku, Kau adalah entitas kehidupan
    Jeritan pertama menjadi pintu masuk
    Memberi tanda pada sang penyedia detik
    Memerintah, Berdentanglah!
    Detik menjadi sang otoriter
    Memaksa setiap partikel berstrategi
    Membentuk atom
    Menjelma menjadi bahan bakar untuk berkendara
    Melaju hingga akhir

    Tidak sekedar akhir

    Aku bukan si rambut putih
    Dua puluh, tiga puluh, aku diantaranya
    Kumulai berkendara
    Perjalanan pertama,
    Bertemu dengan seorang penduka
    Berteriak, berang
    Menghakimi pencipta untuk setiap dukanya
    Jiwa dan tubuhnya tidak lagi akur, menuntut berpisah
    Tidak sendiri, tangan lain sedang memeluknya
    Mengalirkan kekuatan
    Berbisik, hingga jiwa dan tubuhnya kembali berpeluk erat
    Tersenyum
    Alisku menukik, kendaraan kulaju
    Perjalanan kedua
    Terjebak, tidak bergerak dalam bisingnya keramaian
    Pandanganku merekam pejalan kaki
    Tangan terpasung, kaki terpasung
    Tubuh berjalan, berlabel perintah dan dikte
    Keterpaksaan menjadi sahabat
    Kebebasan menjadi rindu
    Aku penuh tanya
    Akankah aku jadi bagian mereka?
    Kendaraan kulaju
    Perjalanan ketiga
    Aku menemukan pemilik rambut putih, sebagian
    Berjuang, membawa satu satunya harta
    Satu satunya rumah, menurutnya
    Batinku koyak
    Lensa mataku menangkap tubuh mungil di dalamnya
    Dia tersenyum, tersenyum pada pemilik rambut putih
    Mereka saling tersenyum
    Waduk pada mataku pecah
    Tumpah ruah membanjiri selokan pipiku
    Perisai ketegaran
    Perisai syukur
    Perisai kasih
    Perisai Sabar
    Partikel pelindung mereka
    Aku melarikan diri
    Kendaraan kulaju
    Pertunjukan itu menghantamku dengan keras
    Bahan bakarku habis
    Kendaraanku terhenti di sebuah kota intuisi
    Ramai dibalut keheningan
    Aku putuskan mengganti tempatku berpijak
    Menapak tanah, menelusur
    Terhenti pada sebuah pintu
    Itu nama pemberian Ibu untukku
    Kubuka, perlahan
  • Aku melihat Aku
    menjadi aktor pada setiap perjalananku tadi
    Pantaskah aku menghakimi pencipta?
    Menjadi perindu kebebasan ataukah pemilik kebebasan?
    Pemilik perisai ketegaran?
    Pemilik perisai syukur?
    Pemilik perisai kasih?
    Pemilik perisai sabar?
    Aku bertanya pada Aku
    Kau bertanya pada Kau
  • Seberapa erat partikel pembentuk kehidupanku oleh sang penyedia detik?